Abstract Orange Spirals

Kamis, 28 Januari 2010

Perguruan Seni

Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Yogyakarta), adalah sebuah perguruan tinggi seni negeri yang terdapat di Kota Yogyakarta, Indonesia. Institut ini mengkhususkan pada pendidikan di bidang kesenian, yang terkelompok ke dalam tiga fakultas, yakni: fakultas seni rupa, fakultas seni pertunjukan, dan fakultas seni media rekam.

ISI dibentuk setelah dilakukannya penggabungan sejumlah sekolah tinggi bidang kesenian termasuk AMI (Akademi Musik Indonesia), ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) dan ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia). Rektor ISI Yogyakarta yang pertama adalah Prof. Dr. But Mochtar

Setelah gempa yang melanda Yogyakarta 27 Mei 2006, kegiatan di ISI Yogyakarta sempat terhenti karena banyaknya kerusakan pada bangunan pendukung.

Institut Kesenian Jakarta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Logo Institut Kesenian Jakarta

Institut Kesenian Jakarta adalah sebuah institusi pendidikan tinggi yang difasilitasi Pemerintah Daerah Jakarta. Institut ini mengkhususkan diri dalam bidang seni, terutama seni rupa, seni peran, dan perfilman.

Sejarah

IKJ berdiri pada tanggal 25 Juni 1976 atas prakarsa Presiden Suharto yang berkomitmen membiayai sebuah pendidikan khusus seni untuk mengembangkan kebudayaan Jakarta dan wadah bagi seniman lokal yang ingin berkembang. Awalnya hanya berupa Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta dan menjadi bagian dari kompleks seni Taman Ismail Marzuki. Sejalan dengan perkembangan zaman, LPKJ semakin banyak menghasilkan seniman-seniman yang mulai diakui dan mengembangkan banyak studi.

LPKJ kemudian berubah status menjadi Institut Kesenian Jakarta. Meskipun kemudian pengelolaannya lebih mandiri, fasilitasnya masih menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.

Guru Besar IKJ sejak 2004 adalah Sardono W Kusumo.

Fakultas

IKJ memiliki tiga fakultas, yaitu Fakultas Seni Rupa, Fakultas Seni Pertunjukan, dan Fakultas Film dan Televisi.

Fakultas Seni Rupa

Fakultas ini berkonsentrasi kepada pengembangan seni dalam wilayah visual, melingkupi tiga jurusan, yaitu seni murni, kriya, dan desain.

  • Program Studi Seni Murni (jenjang D3 & S1), dibagi menjadi 3 minat utama: Seni Lukis,Seni Patung,Seni Grafis
  • Program Studi Seni Kriya (jenjang D3 & S1): Kriya Kayu, Kriya Keramik, Kriya Tekstil
  • Jurusan Desain (jenjang D3 & S1): Program Studi Desain Interior, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Program Studi Desain Mode & Busana

Fakultas Seni Pertunjukan

Fakultas Film dan Televisi

Memiliki 4 jurusan:

-Film (jenjang D3 & S1)

-Televisi (jenjang D3 & S1)

-Fotografi (jenjang D3)

-Kajian Media jhjh

Daftar Tokoh dan Alumni

Beberapa dosen yang terdaftar di IKJ, meskipun beberapa di antaranya bukanlah lulusan IKJ, sebelumnya sudah menjadi seniman yang diakui. Selain itu lulusan IKJ juga banyak menjadi praktisi dan seniman.

  • Mira Lesmana - produser film
  • Firman Lie - seniman grafis
  • Garin Nugroho - sutradara
  • Subarkah - Ahli tata rias dan special effect
  • Srihadi Soedarsono - pelukis
  • Didi Petet - aktor
  • Dolorosa Sinaga - pematung
  • Yani M. Sastranegara - pematung
  • Awan Simatupang - pematung
  • Budi L. Tobing - pematung
  • Iriantine Karnaya - pematung
  • Hardiman Radjab - pematung dan penata artistik
  • Aditya Tobing - penata artistik
  • Nungki Kusumaastuti - penari dan aktris
  • Marusya Nainggolan - komponis
  • Benny Rachmadi - kartunis
  • Muhammad Misrad - kartunis
  • Eddie Riwanto - sutradara dan aktor
  • Slamet Rahardjo D. - aktor dan sutradara
  • Sentot Sahid - editor dan produser
  • Agni Ariatama - Director Of Photography
  • Jujur Prananto - script writer
  • Armantono - script writer

Institut Seni Indonesia Denpasar

Institut Seni Indonesia Denpasar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar adalah perguruan tinggi seni yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Pendidikan Nasional. ISI Denpasar secara fungsional dibina oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. ISI Denpasar didirikan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2003 tanggal 26 Mei 2003 yang merupakan integrasi dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar dan Program Studi Seni Rupa dan Desain (PSSRD) Universitas Udayana.

STSI Denpasar semula bernama Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar, didirikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali pada tanggal 28 Januari 1967 dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 2/Pem/5/I/a/1967, atas prakarsa Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibya). Pendirian ASTI Denpasar dilandasi Pola Dasar Kebijaksanaan Pembinaan Kebudayaan Daerah Bali yang memperhatikan sifat-sifat pertahanan, penggalian, pembinaan dan pengembangan kebudayaan daerah Bali. Makin intensifnya interaksi antara kebudayaan dan teknologi, serta bertambah banyaknya seniman yang meninggal dunia, menyebabkan beberapa bentuk kesenian tradisional Bali dikhawatirkan akan punah, sehingga perlu diadakan pendidikan kesenian bagi generasi muda sebagai pewaris dan penyelamat kebudayaan bangsa.

Sesudah dua tahun berdiri, ASTI Denpasar menerima status penegerian dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat Keputusan Nomor 066/1969 tanggal 7 Agustus 1969 dan ASTI Denpasar dinyatakan sebagai jurusan dari ASTI Yogyakarta yang pengelolaannya ditangani oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Selama 8 (delapan) tahun berlangsung, karena adanya perubahan struktur organisasi dalam tubuh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, maka sejak tahun 1976 pengelolaan ASTI Denpasar ditangani oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, serta pembinaannya diarahkan kepada pembentukan Institut Seni Indonesia (ISI) bersama dengan Akademi-akademi kesenian lainnya di Indonesia. Dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 0445/0/1988, Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar ditingkatkan statusnya menjadi Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar. Pendirian STSI Denpasar dikukuhkan dengan Surat Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1992.

Sejak 1 Oktober 1965 PSSRD merupakan Jurusan Seni Rupa Fakultas Teknik Unud berdasarkan Keputusan Menteri PTIP RI Nomor 240/Sek/PU/1965 tanggal 20 Oktober 1965. Berdasarkan Keputusan Rektor Unud Nomor 483/SK/ PT.17/R.VIII/1983 tanggal 10 Mei 1983, PSSRD Unud dibentuk menjadi program studi antar fakultas, diperkuat dengan Keputusan Dirjen Dikti Depdikbud Nomor 5/DIKTI/Kep/1984 dalam fungsinya melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi. Dengan pertimbangan konsentrasi pendidikan tinggi seni untuk mempertahankan budaya, atas dukungan Ditjen Dikti Depdiknas,

Pemda Bali dan masyarakat Bali maka mulai dipersiapkan mengintegrasikan dua lembaga kesenian STSI Denpasar dengan PSSRD Unud menjadi satu perguruan tinggi seni, sejak tahun 1993 dilanjutkan tahun 1999. Pada tanggal 28 Juli 2003 Menteri Pendidikan Nasional (Prof. Drs. Abdul Malik Fadjar, M.Sc) meresmikan pendirian ISI Denpasar, ditandai dengan penandatanganan prasasti bertempat di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar.

Program Studi

Saat ini ISI Denpasar menawarkan 8 program studi yang tergabung dalam dua fakultas (Fakultas Seni Pertunjukan dan Fak. Seni Rupa dan Desain):

  • PS Seni Tari
  • PS Seni Pedalangan
  • PS Seni Karawitan
  • PS Seni Rupa Murni
  • PS Kriya Seni
  • PS Desain Interior
  • PS Desain Komunikasi Visual
  • PS Fotografi (rintisan bagi Fakultas Media Rekam)

Institut Seni Indonesia Surakarta

Institut Seni Indonesia Surakarta merupakan satu dari tiga perguruan tinggi negeri sejenis yang ada di Indonesia.

Lembaga ini telah lama berdiri walaupun statusnya sebagai Institut baru diperoleh sejak September 2006. Cikal-bakal ISI Surakarta bermula dari Lembaga Konservatori Surakarta, yang selanjutnya menjadi Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI), dan Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) yang didirikan oleh Gendhon Hoemardhani. Penambahan bidang studi Seni Rupa dapat dilakukan setelah pada tahun 1983 lembaga ini menjadi Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta.

Bidang studi yang dapat diambil di ISI Surakarta pada saat ini adalah

  • Seni Tari
  • Seni Karawitan
  • Seni Pedalangan
  • Seni Tari dan Karawitan (internasional)
  • Seni Rupa
  • Kriya Seni
  • Desain
  • Komunikasi Visual
  • Pengkajian Seni (Pascasarjana)
  • Penciptaan Seni (Pascasarjana).
ISI Surakarta menjadi pemrakarsa Pentas Tari 24 Jam pada tanggal 29 April 2007 untuk memperingati Hari Tari Internasional. Dalam pagelaran ini ditampilkan berbagai tari dari berbagai wilayah Indonesia dan juga dari sejumlah perwakilan negara lain.

Spotlight

Proposal Program Hibah Strategis Nasional Tahun 2010

Rencana Penggantian Aplikasi FRK/FED


Berita

Kunjungan Prodi Teknik Manufaktur Universitas Surabaya

January 22nd, 2010

Pada tanggal 22 Januari 2010, FSRD ITB menerima kunjungan dari Prodi Teknik Manufaktur Universitas Surabaya. Tujuan kunjungannya adalah Prodi Desain Produk ITB, dengan jumlah mahasiswa 41 org dan di dampingi oleh 3 org dosen pembimbing. Rombongan diterima sama Kaprodi Desain Produk Bapak Andar Bagus Sriwarno, S.Sn.,M.Sn., Ph.D. Adapun maksud dari kunjungan ini adalah untuk studi banding mahasiswa dengan Prodi Desain [...]

Pameran “Current”(s)

January 22nd, 2010

Bertempat di Galeri Soemardja FSRD ITB Jl. Ganesha 10 Bandung, akan diselenggarakan pameran dengan judul “Current”(s) pada tanggal 23-29 januari 2010 pukul 09.00-16.00 WIB setiap hari kerja. Pameran ini menampilkan karya-karya dari empat perupa yaitu Dila Martina Ayulia, Duto Hardono, Erika Ernawan dan Ong Ibrahim, semuanya ini adalah mahasiswa Magister Seni Rupa FSRD ITB. Karya [...]

Pameran Gambar Seni Rupa

December 28th, 2009

Bertempat di Galeri Soemardja FSRD-ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung, akan diselenggarakan sebuah Pameran Gambar pada tanggal 30 Desember 2009 sampai dengan tanggal 16 Januari 2010. Pameran ini akan dibuka pada tanggal 30 Desember 2009 yang menampilkan karya (terbaik) berupa gambar dari para seniman senior, dosen dan mahasiswa FSRD-ITB.

“We Hail, We Sail From The Morning Glory Parade”

December 19th, 2009

Program Studi Seni Rupa menyelenggarakan Pameran “We Hail, We Sail From The Morning Glory Parade”, dengan tema “A Collaboration Between Fine Art, Design dan Music”, pada tanggal 19-23 Desember 2009, bertempat di Barak TNI, Setiabudhi depan Kampus UPI.
Adapun tujuan pameran ini adalah membangun opini publik tentang kegiatan seni rupa, merintis eksistensi para perupa dan musisi [...]

Pameran “Sojourn”

December 14th, 2009

Group seni ‘Triumph’ mengadakan pameran karya seni rupa dengan judul “Sojourn”, bertempat di Galeri CMNK Bandung, Jl. Cigadung Raya Barat no. 2 Cipaheut, Bandung – 40191. Pada tanggal 14-28 Desember 2009, dengan kurator Ardhana Riswarie. Pembukaan pameran akan diselenggarakan pada hari Jumat, 14 Desember 2009, Pukul 19.00 WIB, sedangkan diskusi akan diselenggarakan pada hari Minggu, [...]

1. [AR] ARK GALLERY
Tempat Terkenal : Galeri Seni
Jl. Jalan Senopati No. 92
Kel. Selong, Kec. Kebayoran Baru
Kota Jakarta Selatan 12110

2. [CE] CEMARA 6 GALERI KAFE
Tempat Terkenal : Restoran, Kafe, Galeri Seni
Jl. Jalan HOS. Cokroaminoto No.9-11
Kel. Gondangdia, Kec. Menteng
Kota Jakarta Pusat 10350
3. [CH] CHIC MART
Tempat Terkenal : Galeri Seni
Jl. Jalan Kemang Raya No. 55
Kel. Bangka, Kec. Mampang Prapatan
Kota Jakarta Selatan 12730
4. [ED] EDWIN'S GALLERY
Tempat Terkenal : Galeri Seni
Jl. Jalan Kemang Raya No. 21
Kel. Bangka, Kec. Mampang Prapatan
Kota Jakarta Selatan 12730
5. [GA] GALERI 678 SENTOSA
Tempat Terkenal : Galeri Seni
Jl. Jalan Kemang Selatan No. 125A
Kel. Bangka, Kec. Mampang Prapatan
Kota Jakarta Selatan 12730
6. [GA] GALERI BARON
Jl. Jalan HOS. Cokroaminoto No. 68
Kel. Gondangdia, Kec. Menteng
Kota Jakarta Pusat 10350
7. [GA] GALERI IDE
Tempat Terkenal : Galeri Seni
Jl. Jalan Danau Tondano No.AA-5
Kel. Bendungan Hilir, Kec. Tanah Abang
Kota Jakarta Pusat 10210
8. [GA] GALERI NASIONAL INDONESIA
Tempat Terkenal : Galeri Seni
Jl. Jalan Medan Merdeka Timur No.14
Kel. Gambir, Kec. Gambir
Kota Jakarta Pusat 10110
Click for Building Image
9. [GA] GALERY CIPTA I
Jl. Jalan Cikini Raya No. 3 RT 03/02
Kel. Cikini, Kec. Menteng
Kota Jakarta Pusat 10330
10. [GA] GALERY CIPTA II
Jl. Jalan Cikini Raya No. 2 RT 03/02
Kel. Cikini, Kec. Menteng
Kota Jakarta Pusat 10330
11. [PT] PT. DWI SAMAPERSADA ( MASTERPIECE )
Tempat Terkenal : Galeri Seni
Jl. Jalan Pondok Pinang No. 18A
Kel. Pondok Pinang, Kec. Kebayoran Lama
Kota Jakarta Selatan 12310
12. [PT] PT. LINDA GALLERY SEJAHTERA (LINDA GALLERY)
Tempat Terkenal : Galeri Seni
Jl. Jalan Kemang Raya No. 46
Kel. Bangka, Kec. Mampang Prapatan
Kota Jakarta Selatan 12730
13. [SR] SRI MELAYU RESTO & GALLERY
Tempat Terkenal : Galeri Seni
Jl. Jalan KH. Achmad Dahlan No. 21
Kel. Kramat Pela, Kec. Kebayoran Baru
Kota Jakarta Selatan 12130
14.
[TR] TRUNTUM GALLERY
Tempat Terkenal : Galeri Seni
Jl. Jalan Kemang Raya No. 50 A
Kel. Bangka, Kec. Mampang Prapatan
Kota Jakarta Selatan 12730
Click for Building Image
15. [ZE] ZEN GALLERY
Tempat Terkenal : Galeri Seni
Jl. Jalan Kemang Timur No. 5
Kel. Bangka, Kec. Mampang Prapatan
Kota Jakarta Selatan 12730


















































Patung

Patung David karya Michelangelo, salah satu karya patung terkenal

Patung adalah benda tiga dimensi karya manusia yang diakui secara khusus sebagai suatu karya seni. Orang yang menciptakan patung disebut pematung. Tujuan penciptaan patung adalah untuk menghasilkan karya seni yang dapat bertahan selama mungkin. Karenanya, patung biasanya dibuat dengan menggunakan bahan yang tahan lama dan sering kali mahal, terutama dari perunggu dan batu seperti marmer, kapur, dan granit. Kadang, walaupun sangat jarang, digunakan pula bahan berharga seperti emas, perak, jade, dan gading. Bahan yang lebih umum dan tidak terlalu mahal digunakan untuk tujuan yang lebih luar, termasuk kayu, keramik, dan logam.

Dimasa lalu patung dijadikan sebagai berhala, simbol Tuhan atau Dewa yang disembah. Tapi seiring dengan makin rasionalnya cara berfikir manusia, maka patung tidak lagi dijadikan berhala melainkan hanya sebagai karya seni belaka. Fenomena pemberhalaan patung ini terjadi pada agama-agama atau kepercayaan-kepercayaan yang politheisme seperti terjadi di Arab sebelum munculnya agama samawi. Lihat juga arca. Mungkin juga dalam Hindu kuno di India dan Nusantara, dalam agama Buddha di Asia, Konghucu, kepercayaan bangsa Mesir kuno dan bangsa Yunani kuno.

PATUNG-PATUNG DI JAKARTA PDF Cetak Email


Patung itu namanya Tugu Tani. Kalau yang satu itu Patung Pancoran. Demikian kira-kira kalimat seorang ibu kala anaknya menanyakan tentang kedua patung yang dilihatnya baik langsung maupun via TV. Hampir semua orang sudah cukup maklum dengan keberadaan patung-patung di atas, juga beberapa patung yang banyak bertebaran di seputaran kota Jakarta. Sebagai ibukota negara, wajar saja jika terlihat banyak patung menghiasi berbagai sudut kota dan tempat-tempat umum di kota ini. Namun, jadi satu tanda tanya, adakah kita benar-benar mengenal patung-patung itu terutama mengetahui latar belakang dibuatnya patung tersebut?

Mungkin tidak semua orang tahu, apa sih nama sebenarnya dari beberapa patung/tugu yang tepat berada di Kota Metropolitan, Jakarta..? Hal unik inilah yang akan diulas secara singkat mengenai beberapa patung di Jakarta, kota dengan semboyan Jaya Raya ini. Berikut adalah goresan tinta untuk kita mengenal lebih dekat lagi serta memahami apa dan mengapa patung itu dibuat.

Patung Selamat Datang

Patung yang lebih populer disebut Patung Bundaran HI ini, nama sebenarnya adalah Patung Selamat Datang. Patung ini terdiri dari tugu setinggi lebih kurang 30 meter dari tanah dengan sepasang pemuda pemudi diatasnya sedang melambai tangan penuh semangat.Tinggi patung dari kepala sampai kaki 5 meter. Sedangkan tinggi seluruhnya dari kaki hingga tangan yang melambai adalah 7 meter. Tugu/patung ini ditempatkan di tengah bundaran besar di tengah persimpangan jalan, pertemuan Jl. Sudirman dan Jl. MH. Thmrin, Jakarta. Bundaran itu sendiri berupa kolam air mancur yang amat indah.

Patung Selamat Datang dibangun untuk mengucapkan selamat datang kepada para atlet yang akan berlaga di Asian Games IV yang dilaksanakan di Jakarta pada tahun 1962. Patung yang tepat berada di depan Hotel Indonesia itu, selain menjadi gerbang masuk Kota Jakarta, juga merupakan pintu gerbang dalam rangkaian kegiatan pertandingan yang diselenggarakan di Istora Senayan masa itu. Mengapa demikian? Karena waktu itu kebanyakan tamu asing yang datang ke Jakarta melalui Bandara International Kemayoran dan singgah/menginap di Hotel Indonesia yang juga sengaja dibangun sebagai tempat bagi tamu asing tersebut. Asumsinya, sebelum masuk ke area hotel mereka mendapatkan ucapan selamat datang dari patung ini.

Adapun Tugu/patung yang terbuat dari Perunggu itu diresmikan oleh Presiden Soekarno pada Tahun 1962. Sketsa atau rancangan Patung Selamat Datang buat oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Henk Ngantung, dan pelaksana pembuatannya dikerjakan oleh Edhi Sunarso dalam kurun waktu satu tahun.

Patung Pahlawan

Karena bentuk patung ini menggambarkan seorang pria menggunakan caping (topi tani) dengan seorang Ibu yang sedang memberikan sebuah piring, banyak masyarakat menamakan patung ini Tugu Tani. Nama sesungguhnya dari patung ini adalah Patung Pahlawan.

Patung ini adalah pemberian dari Pemerintah Uni Soviet untuk Indonesia. Selain sebagai hadiah, patung ini juga sebagai manifestasi dari persahabatan kedua Negara. Patung tersebut dibuat oleh pematung ternama asal Rusia Matvel Manizer dan Otto Manizer di Uni Soviet. Kemudian dikirim ke Indonesia (Jakarta) menggunakan kapal laut. Lalu diresmikan pada Tahun 1963 dan terdapat sebuah plakat yang menempel di bawah patung yang berbunyi “HANJA BANGSA JANG MENGHARGAI PAHLAWAN PAHLAWANNJA DAPAT MENJADI BANGSA JANG BESAR”.

Mengapa Uni Soviet buatkan patung pahlawan dengan tema petani? Kala itu Presiden Soekarno melakukan kunjungan resmi ke sana dan diperkenalkan kepada dua orang pematung tersebut di atas. Diundanglah mereka berdua oleh Presiden Soekarno ke Indonesia dalam rangka mencari inspirasi mengenai perjuangan Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Pada saat itu dimaksudkan untuk perjuangan membebaskan Irian Barat dari penjajahan Belanda.

Mereka pun mendatangi sebuah desa di wilayah Jawa Barat dan bertemu dengan penduduk setempat. Di desa tersebut kedua pematung ini mendengar sebuah kisah tentang seorang Ibu yang mengantar anaknya menuju medan perang. Sang Ibu memberikan dorongan semangat dan keberanian kepada sang anak untuk bertekad memenangkan perjuangan, dan juga agar selalu ingat akan orang tua dan tanah airnya. Ia kemudaian membekali anak laki-lakinya dengan nasi hasil tanakannya. Begitulah kisah yang mereka dengar dari rakyat di kawasan Jawa Barat. Cerita inilah yang menjadi Inspirasi dan kemudian mereka kembali ke Uni Soviet, kemudian dibuatlah patung itu yang diberi nama Patung Pahlawan.

Lokasi yang diambil untuk penempatan patung berbahan perunggu hingga saat ini dinilai sangat strategis, karena merupakan titik pertemuan arus lalu lintas sehingga dapat terlihat dari berbagai penjuru. Markas Korps Komando Angkatan Laut Republik Indonesia yang pada masa itu sedang berjuang membebaskan Irian Barat, berada tak jauh dari tempat ini.

Patung Dirgantara

Terletak di Jalan Gatot Subroto atau berseberangan dengan Markas Besar Angkatan Udara Republik Indonesia saat itu (Wisma Aldiron). Kebanyakan orang terutama warga Jakarta mengenal patung tersebut sebagai Patung Pancoran, sebenarnya patung ini bernama Patung Dirgantara.

Ide pembuatan patung ini tercetus langsung oleh Presiden Soekarno, karena beliau melihat keberanian atau kesatriaan dalam hal kedirgantaraan Indonesia. Namun bukan kendaraan/pesawatnya yang ditekan dalam pembuatan patung ini, melainkan dilihat dari sisi manusianya yang mempunyai sifat jujur, berani, dan bersemangat mengabdi kepada negara. Hingga dilambangkan dalam bentuk manusia yang mempunyai semangat keberanian bangsa Indonesia untuk menjelajah angkasa. Perancang Patung Dirgantara adalah Edhi Sunarso dan dikerjakan oleh pematung keluarga Arca Yogyakarta pimpinan Edhi Sunarso dengan lama pembuatan 1 tahun (1964 – 1965).

Patung ini terbuat dari perunggu, mempunyai berat 11 Ton dan terbagi dalam potongan-potongan yang masing-masing potongan beratnya 1 ton. Dalam menyusun potongan-potongan patung tersebut menggunakan alat pemasangan sederhana yaitu dengan menggunakan derek tarikan tangan. Selama proses pemasangan patung tersebut, Bung Karno selalu menungguinya hingga cukup merepotkan personil keamanan (aparat negara) dalam menjaga orang no.1 Indonesia ini. Dengan biaya pemasangan dari kantong pribadinya serta tekad yang bulat agar patung tersebut selesai dipasang, Bung Karno rela menjual sebuah mobil pribadinya. Pada akhirnya Patung Dirgantara selesai terpasang di akhir tahun 1966.

Patung Pembebasan Irian Barat

Dari keseluruhan patung-patung yang E-I ulas, patung inilah yang mempunyai bentuk dengan kharisma dan aura yang berbeda. Patung itu adalah Patung Pembebasan Irian Barat yang lebih beken disebut Patung Lapangan Banteng karena berada di dalam area Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

Patung ini dibuat pada Tahun 1962, dimana pada saat itu bangsa Indonesia sedang berjuang untuk membebaskan wilayah Irian Barat (Irian Jaya, kemudian sekarang menjadi Papua) dari tangan Penjajah (Belanda). Patung ini tercipta atas ide Bung Karno pada saat Beliau sedang pidato di Yogyakarta dalam menggerakan massa untuk membantu membebaskan saudara-saudaranya di Irian Barat. Yang kemudian diterjemahkan oleh Henk Ngatung dalam bentuk sketsa.

Bentuk patung ini menggambarkan seseorang yang telah bebas dari belenggu (Penjajah Belanda). Patung itu terbuat dari perunggu dengan berat 8 ton, berdiri di atas tugu berbentuk palang tinggi kokoh setinggi 15 meter. Tinggi patung dari kaki hingga kepala adalah 9 meter atau tinggi keseluruhan sampai ujung tangan kurang lebih 11 meter. Patung ini diresmikan oleh Bung Karno pada tanggal 17 Agustus 1963.

Kini, kita sebagai warga negara Indonesia patut bangga dan mengaggumi segala jerih payah generasi terdahulu kita dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Kebanggaan dan kekaguman tersebut terutama kepada Presiden Republik Indonesia Pertama Ir. Soekarno yang telah mematrikan jasa-jasa pahlawan bangsa dan semua kerja keras Bangsa Indonesia dalam bentuk Tugu/Patung agar kita yang hidup di zaman kini dan masa mendatang dapat mengenang semua pengorbanan tersebut. Bahkan, keberadaan patung-patung itu kiranya akan memberi keteladanan, motivasi, dan inspirasi bagi kita semua dan generasi mendatang dalam melanjutkan perjuangan dan kerja keras Bangsa membangun negara ini.

Keramik

Vas porselin Cina (Dinasti Qing) abad ke-18.

Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran.

Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat. (Yusuf, 1998:2).

Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball clay, kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan geologi dimana bahan diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas.

Kurangnya beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan keramik secara kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi konduktor panas yang jelek. Di samping itu keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Keramik secara umum mempunyai kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya.

Klasifikasi keramik

Pada prinsipnya keramik terbagi atas:

Keramik tradisional

Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam, seperti kuarsa, kaolin, dll. Yang termasuk keramik ini adalah: barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk industri (refractory).

Keramik halus

Fine ceramics (keramik modern atau biasa disebut keramik teknik, advanced ceramic, engineering ceramic, techical ceramic) adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan oksida-oksida logam atau logam, seperti: oksida logam (Al2O3, ZrO2, MgO,dll). Penggunaannya: elemen pemanas, semikonduktor, komponen turbin, dan pada bidang medis. (Joelianingsih, 2004)

Sifat Keramik

sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis keramik adalah britle atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah dan sebagainya, coba jatuhkan piring yang terbuat dari keramik bandingkan dengan piring dari logam, pasti keramik mudah pecah, walaupun sifat ini tidak berlaku pada jenis keramik tertentu, terutama jenis keramik hasil sintering, dan campuran sintering antara keramik dengan logam. sifat lainya adalah tahan suhu tinggi, sebagai contoh keramik tradisional yang terdiri dari clay, flint dan feldfar tahan sampai dengan suhu 1200 C, keramik engineering seperti keramik oksida mampu tahan sampai dengan suhu 2000 C. kekuatan tekan tinggi, sifat ini merupakan salah satu faktor yang membuat penelitian tentang keramik terus berkembang.

Teknologi Pembuatan Keramik


Pendahuluan dan Manfaat
Keramik adalah semua benda-benda yang terbuat dari tanah liat/lempung yang mengalami suatu proses pengerasan dengan pembakaran suhu tinggi. Pengertian keramik yang lebih luas dan umum adalah “Bahan yang dibakar tinggi” termasuk didalamnya semen, gips, metal dan lainnya.

Jenis Badan Keramik Menurut Kepadatan
1. Gerabah (Earthenware), dibuat dari semua jenis bahan tanah liat yang plastis dan mudah dibentuk dan dibakar pada suhu maksimum 1000°C. Keramik jenis ini struktur dan teksturnya sangat rapuh, kasar dan masih berpori. Agar supaya kedap air, gerabah kasar harus dilapisi glasir, semen atau bahan pelapis lainnya. Gerabah termasuk keramik berkualitas rendah apabila dibandingkan dengan keramik batu (stoneware) atau porselin. Bata, genteng, paso, pot, anglo, kendi, gentong dan sebagainya termasuk keramik jenis gerabah. Genteng telah banyak dibuat berglasir dengan warna yang menarik sehingga menambah kekuatannya.

2. Keramik Batu (Stoneware), dibuat dari bahan lempung plastis yang dicampur dengan bahan tahan api sehingga dapat dibakar pada suhu tinggi (1200°-1300°C). Keramik jenis ini mempunyai struktur dan tekstur halus dan kokoh, kuat dan berat seperti batu. Keramik jenis termasuk kualitas golongan menengah.

3. Porselin (Porcelain), adalah jenis keramik bakaran suhu tinggi yang dibuat dari bahan lempung murni yang tahan api, seperti kaolin, alumina dan silika. Oleh karena badan porselin jenis ini berwarna putih bahkan bisa tembus cahaya, maka sering disebut keramik putih. Pada umumnya, porselin dipijar sampai suhu 1350°C atau 1400°C, bahkan ada yang lebih tinggi lagi hingga mencapai 1500°C. Porselin yang tampaknya tipis dan rapuh sebenarnya mempunyai kekuatan karena struktur dan teksturnya rapat serta keras seperti gelas. Oleh karena keramik ini dibakar pada suhu tinggi maka dalam bodi porselin terjadi penggelasan atau vitrifikasi. Secara teknis keramik jenis ini mempunyai kualitas tinggi dan bagus, disamping mempunyai daya tarik tersendiri karena keindahan dan kelembutan khas porselin. Juga bahannya sangat peka dan cemerlang terhadap warna-warna glasir.

4. Keramik Baru (New Ceramic), adalah keramik yang secara teknis, diproses untuk keperluan teknologi tinggi seperti peralatan mobil, listrik, konstruksi, komputer, cerobong pesawat, kristal optik, keramik metal, keramik multi lapis, keramik multi fungsi, komposit keramik, silikon, bioceramic, dan keramik magnit. Sifat khas dari material keramik jenis ini disesuaikan dengan keperluan yang bersifat teknis seperti tahan benturan, tahan gesek, tahan panas, tahan karat, tahan suhu kejut seperti isolator, bahan pelapis dan komponen teknis lainnya.

Peralatan dan Bahan
Badan keramik adalah bagian utama dalam pembuatan keramik dan bahan utamanya biasa disebut dengan bahan mentah keramik.
Contoh bahan mentah keramik alam seperti kaolin, lempung, felspar, kuarsa, pyrophillit dan sebagainya.
Sedangkan bahan keramik buatan seperti mullit, SiC, Borida, Nitrida, H3BO3 dan sebagainya.

Bahan mentah keramik digolongkan menjadi 5 (lima) yaitu :
1. Bahan Pengikat Contoh : kaolin, ball clay, fire clay, red clay
2. Bahan Pelebur Contoh : felspar, kapur
3. Bahan Pengisi Contoh : silika, grog (samot)
4. Bahan Tambahan Contoh : water glass, talk, pyrophillit
5. Bahan Mentah Glasir. (Bahan yang membuat lapisan gelas pada permukaan benda keramik setelah melalui proses pembakaran pada suhu tertentu), diantaranya adalah :
- bahan mengandung SiO2 – pasir kuarsa – lempung – felspar·
- bahan mengandung oksida basa – potas felspar – batu kapur – soda abu·
- Bahan mengandung Al2O3 – kaolin – felspar
- Bahan tambahan Contoh :
- bahan pewarna Contoh : senyawa cobalt, senyawa besi, senyawa nikel, senyawa chrom dan sebagainya.
- bahan perekat Contoh : gum
- bahan penutup Contoh : ksida sirkon, oksida seng
- bahan pelebur Contoh : asam borat, borax, Na2CO3, K2CO3, BaCO3 ,Pb3O4 dan sebagainya. -
- untuk bahan opacifer : SnO2, ZrO dan sebagainya -

Cara Pembuatan
Ada beberapan cara atau teknik pembuatan keramik, yaitu :
a. Teknik coil (lilit pilin)
b. Teknik tatap batu/pijat jari
c. Teknik slab (lempengan)

Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan atau pijat jari merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat bentuk-bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris. Teknik ini sering dipakai oleh seniman atau para penggemar keramik.

d. Teknik putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll

e. Teknik cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll

Disamping cara-cara pembentukan diatas, para pengrajin keramik tradisonal dapat membentuk keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang dilakukan pengrajin genteng, tegel dinding maupun hiasan dinding dengan berbagai motif seperti binatang atau tumbuh-tumbuhan

Beberapa Teknik Dekorasi Yang Dapat Diterapkan Pada Benda-Benda Keramik :
a. Dekorasi ukir
Dilakukan pada keramik halus maupun keramik tradisional dengan menggunakan pahat ukir seperti yang dilakukan pada media kayu.

b. Dekorasi toreh
Dilakukan dengan menggunakan benda tajam seperti pisau Torehan-torehan tersebut membentuk motif-motif sesuai dengan yang diinginkan seperti garis-garis maupun relung-relung. Biasa dijumpai pada pengrajin keramik tradisional di Lombok yang diterapkan pada gentong, kendi dan piring.

c. Dekorasi melubangi
Dilakukan dengan cara melubangi bagian-bagian yang ingin dihias dengan menggunakan pipa logam yang dipotong miring. Dekorasi semacam ini diterapkan pada barang-barang seperti tempat lilin dan kap lampu.

d. Dekorasi stempelan/cap
Teknik stempelan/cap dapat diterapkan pada keramik dengan menekankan sebuah stempelan pada permukaan benda keramik. Stempelan bisa dibuat dari kayu, logam, gips, atau menggunakan tanah yang dibakar.

e. Dekorasi tempel
Dilakukan dengan menempelkan motif-motif tertentu yang dibuat dari cetakan atau dibuat langsung dengan tangan.

f. Dekorasi lukis
Dekorasi teknik lukis baik lukis on glaze (diatas glasir) maupun under glaze (dibawah glasir) diterapkan pada benda keramik dengan cara melukis di atas benda keramik yang sudah diglasir maupun sebelum diglasir dengan menggunakan pewarna khusus keramik, dengan penyelesaian akhir dibakar pada temperatur ± 800°C. Teknik dekorasi lukis ini tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan pada keramik tradisional, namun bahan pewarna yang digunakan berbeda dengan keramik halus. Bahan pewarna yang dipakai adalah seperti cat paragon, asturo yang tidak dibakar lagi.

g. Dekorasi sablon dan Dekorasi stiker
Khusus teknik sablon dan teknik stiker tidak dapat diterapkan pada keramik tradisional, akan tetapi hanya dapat diterapkan pada keramik halus (stone ware) dan porselin sebab keramik tradisional mempunyai porositas yang tinggi sehingga penyerapan warna tidak bagus. Demikian juga, bahan yang digunakan tidak cocok untuk body keramik tradisional, seperti pewarna kusus keramik, medium dll. Teknik ini dapat dilakukan dengan menyablon langsung di atas benda keramik atau dengan membuat stiker terlebih dahulu kemudian ditempelkan pada permukaan benda keramik. Teknik sablon langsung hanya dapat diterapkan pada benda-benda keramik yang mempunyai permukaan datar seperti pada tegel sebab alat yang digunakan berupa screen segi empat dengan permukaan mendatar dan langsung bersentuhan dengan permukaan benda keramik. Sedangkan teknik stiker dapat diterapkan pada semua jenis permukaan teknik sablon dan stiker sama halnya dengan teknik lukis dengan penyelesaian akhir dibakar pada temperatur + 800°C.

Alur Pembuatan
Tahapan proses pembuatan keramik dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu
1. Proses pembuatan massa body (raga) keramik.

2. Proses pembuatan keramik

Abad Renaisans

Lukisan oleh Antonello da Messina dari zaman Renaisans

Renaisans adalah suatu periode sejarah yang mencapai titik puncaknya kurang lebih pada tahun 1500. Perkataan "renaisans" berasal dari bahasa Perancis renaissance yang artinya adalah "Lahir Kembali" atau "Kelahiran Kembali". Yang dimaksudkan biasanya adalah kelahiran kembali budaya klasik terutama budaya Yunani kuno dan budaya Romawi kuno. Namun zaman sekarang hal ini bisa menyangkut segala hal.

Masa ini ditandai oleh kehidupan yang cemerlang di bidang seni, pemikiran maupun kesusastraan yang mengeluarkan Eropa dari kegelapan intelektual abad pertengahan. Masa Renaissance bukan suatu perpanjangan yang berkembang secara alami dari abad pertengahan, melainkan sebuah revolusi budaya, suatu reaksi terhadap kakunya pemikiran serta tradisi Abad pertengahan.Pengertian

Dilihat dari definisinya, kata "renaissance" menyiratkan sebuah pembangunan kembali atau kebangkitan. Periode yang dikenal sebagai renaissance dipandang sebagai sebagai penemuan kembali cerahnya peradaban Yunani dan Romawi (yang dianggap sebagai "klasik") ketika keduanya mengalami masa keemasan. Faktanya, sekalipun semasa Renaissance banyak orang membaca kesusasteraan klasik dan mempertimbangkan kembali pemikiran klasik, esensi yang sebenarnya dari renaissance adalah lahirnya banyak pembaharuan maupun penciptaan. Universitas tumbuh menjamur di seantro Eropa, dan penyebaran gagasan tiba-tiba muncul serempak.

Sejarah

Abad Renaisans (Bahasa Perancis/Bahasa Inggris: Renaissance; Bahasa Italia: Rinascimento; arti harafiah: kelahiran kembali) adalah sebuah gerakan kebudayaan antara abad ke-14 hingga abad ke-17, bermula di Italia pada akhir Abad Pertengahan dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Gerakan ini mencakup kebangkitan pengetahuan berdasarkan sumber-sumber klasik, tumbuhnya panutan pada Sri Paus dan segala sesuatu yang anggun, perkembangan gaya perspektif dalam seni lukis, dan kemajuan ilmu pengetahuan. Gerakan Masa Pencerahan memberikan efek yang luar biasa pada semua usaha untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, tapi mungkin yang paling terkenal adalah kemajuan dari segi kesenian dan kontribusi dari para polymath (orang yang memiliki ilmu yang tinggi dalam berbagai macam hal) seperti Leonardo da Vinci dan Michelangelo, yang menyebabkan munculnya sebutan “Renaissance Men”.

Renaisans pertama kali diperkenalkan di Eropa Barat, di kawasan Italia. Hal ini dipicu kekalahan tentara salib dalam perang suci. Kekalahan tersebut membuat para pemikir dan seniman menyingkir dari Romawi Timur menuju Eropa Barat. Mereka menyadari telah dimulainya masa mesiu peledak dan untuk menguasai teknologi tersebut mereka harus melepaskan diri dari pengaruh mistisme zaman pertengahan dengan kembali kepada sains zaman klasik yang sebelumnya dilarang karena dianggap pelanggaran terhadap misi ketuhanan.

Potret keluarga Medici oleh Ghirlandaio

Perkembangan pertama renaisans terjadi di kota Firenze. Keluarga Medici yang memiliki masalah dengan sistem pemerintahan kepausan menjadi penyokong keuangan dengan usaha perdagangan di wilayah Mediterania. Hal ini membuat para intelektual dan seniman memiliki kebebasan besar karena tidak lagi perlu memikirkan masalah keuangan dan mendapatkan perlindungan dari kutukan pihak gereja. Keleluasaan ini didukung oleh tidak adanya kekuasaan dominan di Firenze. Kota ini dipengaruhi secara bersama oleh bangsawan dan pedagang. [1]

Dengan kebebasan besar itu, seniman bisa berkumpul dan mendirikan gilda-gilda seni yang mengangkat nama banyak seniman terkenal. Melalui gilda ini seniman mendelegasikan pekerjaan, bekerja sama, hingga mendidik bakat-bakat baru.

Debat Mengenai Pentingnya Abad Renaisans

Ada suatu konsensus, walau bukan disetujui oleh semua pihak, bahwa Masa Pencerahan dimulai di Firenze di abad ke-14. Berbagai macam teori telah diajukan untuk menjelaskan asal-usul dan karakteristiknya, berfokus pada beragam faktor, antara lain sifat khusus dari segi sosial dan kemasyarakatan Firenze pada saat itu termasuk struktur politiknya dan pengaruh gaya hidup keluarga terpandang kota tersebut, Keluarga Medici.

Abad Renaisans memiliki sebuah sejarah yang panjang dan rumit, dan selalu muncul perdebatan diantara para sejarawan mengenai kegunaan kata ‘Masa Pencerahan’ sebagai sebuah kata rujukan dan sebagai sebuah masa sejarah. Beberapa diantara mereka mempertanyakan apakah Masa Pencerahan benar-benar sebuah kemajuan kebudayaan dari Abad Pertengahan, atau hanya melihatnya sebagai suatu periode pesimisme dan nostalgia atas era klasik.

Walau sejarawan abad ke-19 lebih suka untuk menekankan bahwa Abad Renaisans merupakan perubahan yang jelas dari pola pemikiran dan kelakukan Abad Pertengahan, beberapa sejarawan modern belakangan lebih memperhatikan nilai kesinambungan antara kedua era tersebut. Saat ini sudah lumrah untuk menganggap bahwa penilaian akan satu era lebih baik atau lebih buruk dari era yang lain merupakan hal yang salah. Hal ini menyebabkan beberapa sejarawan untuk menyerukan agar mengakhiri penggunaan kata ‘Masa Pencerahan’ tersebut yang dianggap sebagai sebuah hasil pemikiran presentisme.

Daftar tokoh besar pada masa Renaisans

Bidang seni dan budaya

  • Albrecht Dührer (1471-1528)
  • Desiserius Eramus (1466-1536)
  • Donatello
  • Ghirlandaio
  • Hans Holbein (1465-1506)
  • Hans Memling (1430-1495)
  • Hieronymus Bosch (1450-1516)
  • Josquin de Pres (1445-1521)
  • Leonardo da Vinci (1452-1519)
  • Lucas Cranach (1472-1553)
  • Michaelangelo Bounarruti (1475-1564)
  • Perugino (1446-1526)
  • Raphael (1483-1520)
  • Sandro Botticelli (1444-1510)
  • Tiziano Vecelli (1477-1526)

Penjelajahan

  • Christopher Columbus (1451-1506)
  • Ferdinand Magellan (1480?-1521)

Ilmu pengetahuan

  • Johann Gutenberg (1400-1468)
  • Nicolaus Copernicus (1478-1543)
  • Andreas Vesalius (1514-1564)
  • William Gilbert (1540-1603)
  • Galileo Galilei (1546-1642)
  • Johannes Kepler (1571-1642)

Barok

Adoration, oleh Peter Paul Rubens: dynamic figures spiral down around a void: draperies blow: a whirl of movement lit in a shaft of light, rendered in a free bravura handling of paint.

Dalam seni, Barok adalah istilah untuk suatu periode seni dan gaya seni yang mendominasinya. Gaya Barok menggunakan gerak yang dilebih-lebihkan dan detil yang jelas dan mudah ditafsirkan untuk menghasilkan drama, ketegangan, semangat yang hidup dan keagungan dalam seni patung, lukisan, sastra, dan musik. Gayanya dimulai sekitar 1600 di Roma, Italia dan menyebar ke sebagian besar wilayah Eropa. Dalam musik, gaya Barok dikenakan pada periode akhir dari dominasi kontrapung yang imitatif.

(Nama ini diadaptasi dari kata sifat dalam bahasa Perancis yang diambil dari kata benda bahasa Portugis "barroco".

Mannerisme

Lukisan Parmigianino Madonna with the Long Neck (1534-40)

Mannerism adalah gaya seni rupa, terutama seni lukis, yang berkembang setelah peristiwa Sack of Rome pada tahun 1527 sesaat setelah munculnya masa High Renaissance. Mannerisme memperlihatkan sisi individual seniman, di samping juga pengaruh seni klasik Roma dan.

Mannerisme digunakan untuk menjelaskan gaya seni pada rentang waktu 1530 sampai 1580 yang memperlihatkan lukisan-lukisan dengan proporsi tubuh seperti ditarik memanjang, beberapa deformasi bentuk, dan pose-pose janggal dengan tujuan menciptakan dramatisasi.

Etimologi

Kata Mannerisme berasal dari kata Italia maniera yang berarti gaya. Kata ini merujuk kepada sentuhan personal seniman pencipta karya.

Kata mannerisme digunakan oleh ahli sejarah seni sejak Perang Dunia I seperti Heinrich Wölfflin untuk menjelaskan gejala seni di Italia pada abad 16.

Surealisme

Surealisme adalah gerakan budaya yang berawal tahun 1920an dan terkenal karena karya visual serta tulisan dari anggota kelompok tersebut. Ciri karya surealis ialah adanya kejutan (element of surprise), kombinasi unik dan non sequitur. Banyak seniman surealis yang menyebut karya mereka—pertama dan utama—sebagai ekspresi gerakan filosofis. Bahkan André Breton, ketua gerakan, secara eksplisit menyebutkan surealisme merupakan gerakan revoulusioner. Berawal dari dadaisme di masa Perang Dunia I, Surealisme dibentuk dengan pusat gerakan di Paris. Sejak tahun 1920an, surealisme menyebar ke seluruh dunia hingga pada akhirnya muncul di layar lebar, antara lain di film “Angel’s Egg” dan “El Topo”.

Pendanaan Gerakan Perang Dunia I menyebabkan para seniman dan penulis yang semula terkumpul di Paris berpencar. Selama berada di luar Paris, mereka tergabung dalam gerakan Dada yang percaya bahwa pikiran rasional serta nilai borjuis yang berlebihan akan mengakibatkan konflik mengerikan di dunia. Para Dadais memprotes pertemuan, pertunjukan, tulisan, serta karya seni yang menolak seni anti-rasional. Dadaisme masih berlanjut hingga perang usai dan mereka telah kembali ke Paris. Selama masa perang, André Breton yang terlatih di bidang pengobatan dan psikiatri, bekerja di rumah sakit neurologi dimana dia menggunakan metode psikoanalisis Sigmund Freud pada para tentara yang mengalami shell-shock. Dia juga bertemu dengan penulis muda, Jacques Vaché, dan merasa bahwa dia adalah “anak” dari Alfred Jarry, seorang pataphysician. Breton sangat memuja sikap anti sosial dan ejekan-ejekannya pada tradisi artistik terkenal di masa itu.

Breton bahkan menulis, “Dalam sastra, saya sukses bekerja sama dengan Rimbaud, Jarry, Apollinaire, Nounveau, dan Lautréamont. Namun pada Jacques Vaché-lah saya paling banyak berterimakasih.” Ketika kembali ke Paris, Breton bergabung dengan gerakan Dadaisme dan membuat jurnal sastra Littérature bersama dengan Louis Aragon dan Philippe Sopault. Mereka mulai berekperimen dengan tulisan otomatis, yaitu tulisan yang dibuat tanpa menyensor pikiran si penulis, lalu mempublikasikannya berikut tulisan tentang mimpi dalam jurnal mereka. Breton dan Soupault lebih dalam mengekplorasi otomatisme dan menulis novel berjudul “The Magnetic Fields” (Les Champs Maqnétiques) tahun 1920. Mereka terus menggunakan otomatisme serta mengumpulkan lebih banyak seniman dan penulis ke dalam kelompok mereka. Mereka mulai percaya bahwa otomatisme adalah taktik lebih jitu bagi perubahan sosial jika dibandingkan dengan serangan langsung Dada pada nilai-nilai yang berlaku. Selain Breton, Aragon dan Soupault, seniman surealis lain meliputi Paul Éluard, Benjamin Péret, René Crevel, Robert Desnos, Jacques Baron, Max Morise, Marcel Noll, Pierre Naville, Roger Vitrac, Simone Breton, Gala Éluard, Max Ernst, Man Ray, Hans Arp, Georges Malkine, Michel Leiris, Georges Limbour, Antonin Artaud, Raymond Queneau, André Masson, Joan Miró, Marcel Duchamp, Jacques Prévert dan Yves Tanguy.

Sementara Dadaisme menolak kategori dan label, Surealisme menganggap penting ekspresi ilustratif sederhana—asal pengaturannya harus terbuka pada batas imajinasi sesuai dengan Dialektika Hegel. Mereka juga merujuk dialektika Marxis dan karya pencetus teori lain seperti Walter Benjamin dan Herbert Marcuse. Karya Freud mengenai asosiasi bebas, analisis mimpi, dan kesadaran tersembunyi merupakan aspek terpenting bagi para surealis dalam mengembangkan metode membebaskan imajinasi. Meskipun menerima ketidakbiasaan (idiosyncrasy), mereka menolak ide kegilaan terselubung atau kegelapan pikiran. Salvador Dalí, seorang idiosinkratik, berkata demikian: “Satu hal yang membedakan saya dan orang gila adalah saya tidak gila.”

Kelompok surealis bertujuan memperbaharui pengalaman manusia, meliputi aspek individu, budaya, sosial dan politik, dengan membebaskan manusia dari apa yang mereka lihat sebagai rasionalitas palsu, kebiasaan (custom) dan pola (structure) terbatas. Breton mengumumkan bahwa tujuan sejati surealisme adalah revolusi sosial. Pada batas ini, surealisme dapat disejajarkan dengan komunisme dan anarkisme. Tahun 1924 mereka mengumumkan rencana dan pemikiran mereka dengan dipublikasikannya Manifesto Surealis Pertama. Di tahun yang sama mereka mendirikan Biro Penelitian Surealis dan mulai mempublikasikan jurnal La Révolution surréaliste.

Manifesto Surealis Dalam Manifesto edisi tahun 1924 (edisi lain terbit 1929), Breton menjelaskan tujuan-tujuan kelompok mereka termasuk kutipan mengenai aspek yang mempengaruhi Surealisme, contoh karya surealis, serta diskusi mengenai otomatisme surealis. Dia mendefinisikan surealisme sebagai:

Makna kamus: Surealisme, kb, otomatisme psikis alami yang digunakan manusia untuk mengekspresikan fungsi sejati pikiran dengan cara verbal, tertulis atau cara lain. Pendiktean pikiran dalam ketiadaan kontrol nalar, lepas dari semua permasalahan moral dan estetis.

Dalam ensiklopedia: Surealisme. Filsafat. Surealisme didasarkan atas kepercayaan pada realitas superior dari bentuk-bentuk tertentu yang muncul dari asosiasi yang diacuhkan, dalam kedigdayaan mimpi, dalam permainan pikiran obyektif. Faham ini cenderung merusak mekanisme psikis lain dan menggantikan fungsinya dalam menyelesaikan permasalahan utama kehidupan.

Definisi Lain Istilah bahasa Inggris “surrealism” merupakan hasil salah-terjemah dari kata bahasa Prancis “surréalisme”. Padanan yang tepat untuk kata bahasa Prancis itu seharusnya “superrealism” (realisme super). Breton pernah mengatakan bahwa “surréel (surreal: ketidakbiasaan, ed.) muncul karena reel (real: realitas; kebiasaan, ed.) sebagaimana surnaturel (sur+natural: alam supra, ed.) ada karena naturel (natural: alam, ed.).” Penutur bahasa Inggris menyebutnya “supernatural” (Ind: supranatural). Yang menjadi masalah ialah awalan “surr-” dalam bahasa Inggris kerapkali dihubungkan dengan awalan bahasa Latin “sub”, misalnya surreptitious (Prancis: subreptice), surrogate (Prancis: subrogé), yang justru menyiratkan kebalikan makna yang dimaksud. Breton mungkin akan mengkualifikasi definisi pertama dengan mengatakan “ketiadaan kesadaran moral atau sensor diri estetis” dan atas ijinnya melalui pengembangan lebih lanjutlah definisi-definisi tersebut mampu mengalami perluasan.

La Révolution surréaliste Tak lama setelah mengeluarkan Surealis Manifesto pertama tahun 1924, para surealis mengeluarkan edisi pertama La Révolution surréaliste yang publikasinya berlanjut hingga 1929. Pierre Naville dan Benjamin Péret adalah direktur-direktur pertama yang mempublikasi dan membentuk format jurnal pada review ilmiah konservatif La Nature. Formatnya sangat menipu dan demi kesenangan para surealis, La Révolution surréaliste adalah jurnal yang revolusioner dan penuh skandal. Jurnal tersebut berisi tulisan dan sebagian besar halaman penuh dengan kolom teks. Jurnal tersebut juga berisi reproduksi seni, di antaranya karya Giorgio de Chirico, Max Ernst, André Masson dan Man Ray.

Biro Penelitian Surealis Biro Penelitian Surealis (Centrale Surréaliste) yang berada di Paris merupakan tempat pertemuan para penulis dan seniman surealis, sekaligus tempat diskusi dan penyelenggaraan wawancara yang bertujuan menelisik ucapan di bawah kondisi tak sadar.

Ekspansi Gerakan yang muncul di pertengahan tahun 1920an ini dicirikan oleh pertemuan di kafe dimana para surealis melukis bersama dan berdiskusi tentang teori-teori Surealisme. Para surealis mengembangkan teknik yang mirip dengan lukisan otomatis. Breton awalnya ragu bahwa seni visual berguna bagi gerakan Surealis karena tampilan mereka yang kurang fleksibel dan terbuka pada kemungkinan (chance) dan otomatisme. Kekhawatiran ini hilang seiring dengan ditemukannya teknik-teknik seperti frottage dan decalcomania. Tak lama kemudian, banyak seniman visual yang bergabung seperti Giorgio de Chirico, Salvador Dalí, Enrico Donati, Alberto Giacometti, Valentine Hugo, Méret Oppenheim, Toyen, Grégoire Michonze, dan Luis Buñuel. Meskipun Breton memuja Pablo Picasso dan Marcel Duchamp serta telah mengajak mereka bergabung, dua seniman itu tetap enggan menjadi anggota.

Banyak penulis yang bergabung, antara lain Tristan Tzara—yang sebelumnya adalah pemimpin gerakan Dadaisme—René Char, Georges Sadoul, André Thirion dan Maurice Heine. Tahun 1925 sebuah kelompok surealis otonom di Brussels diresmikan tahun 1926. Kelompok tersebut mencakup para musisi, penyair dan seniman E.L.T Messens, pelukis sekaligus penulis René Magritte, Paul Nougé, Marcel Lecomte, Camille Goemans, dan André Souris. Tahun 1927 Louis Scutenaire turut bergabung. Mereka secara teratur berhubungan dengan kelompok di Paris dan pada tahun 1927 Goemans dan Magritte pindah ke Paris mengunjungi kelompok Breton.

Para seniman, selain berakar pada aliran Dadaisme dan Kubisme, abstraksi Wassily Kandinsky, Ekspresionisme dan Post-Impresionisme, juga mengacu pada aliran lebih tua seperti milik Hieronymus Bosch serta seni-seni primitif dan naïf. Lukisan otomatis tahun 1923 milik André Masson sering dipakai sebagai titik penerimaan seni visual serta pemberontakan pada Dadaisme. Hal ini dikarenakan lukisan tersebut merefleksikan pengaruh pikiran tak sadar. Contoh lain adalah Torso, karya Alberto Giacometti tahun 1925, yang menandai perpindahan ke bentuk-bentuk sederhana dan inspirasi dari figur pra-klasik.

Contoh menarik yang digunakan untuk membedakan Dadaisme dan Surealisme di antara para ahli seni ialah Little Machine (1925) karya Minimax Dadamax (Von minimax dadamax selbst konstruiertes maschinchen) dan The Kiss (Le Baiser) tahun 1927 karya Ernst. Lukisan pertama mencerminkan jarak dan nuansa erotik sedangkan lukisan ke dua menunjukkan erotisme secara langsung dan terbuka. Pengaruh Miró dan gaya lukis Picasso terlihat sekali pada lukisan ke dua dengan adanya lekukan tegas serta garis dan warna yang saling-silang. Kesan langsung pada lukisan pertama nantinya akan sangat mempengaruhi seni Pop Art.

Giorgio de Chirico, The Red Tower (La Tour Rouge) 1913 Giorgio de Chirico—sebelumnya mengembangkan seni metafisika—adalah salah satu tokoh penting filsafat dan seni visual Surealisme. Sekitar tahun 1911 hingga 1917, dia mengadopsi gaya lukisan sederhana yang nantinya ditiru banyak seniman. The Red Tower (La tour rouge) tahun 1913 memiliki kontras warna kaku dan gaya ilustratif yang banyak diikuti pelukis surealis. Karyanya yang lain, The Nostalgia of the Poet (La Nostalgie du poete), tahun 1914, terkesan “jauh”. Gabungan figur kaca dan ikan sebagai pendukung menolak kesan biasa. Ia juga seorang penulis dan novelnya “Hebdomeros” berisi serial mimpi dengan penggunaan tanda baca, urutan kata, serta tata bahasa unik untuk memberikan atmosfer khusus serta bingkai imajiner (frame) di sekitar gambaran yang dibuat. Gambaran-gambaran itu, termasuk desain untuk Ballets Russes, menciptakan bentuk dekoratif Surealisme visual. De Chirico merupakan tokoh yang gayanya mempengaruhi dua seniman lain—yang lebih dikenal sebagai surealis daripada dirinya sendiri—yakni Salvador Dalí dan Magritte. Dia meninggalkan kelompok surealis tahun 1928. Tahun 1924, Miro dan Masson mengaplikasikan teori Surealisme pada lukisan secara eksplisit di acara pameran La Peinture Surrealiste. Breton mempublikasikan “Surealisme dan Lukisan” tahun 1928 yang berisi rangkuman kegiatan kelompoknya. Dia terus memperbaharui karya itu hingga 1960an.

Pameran Besar 1925 - La Peinture Surrealiste – pameran surealis pertama yang diadakan di Gallerie Pierre di Paris. Lukisan yang dipamerkan merupakan karya Masson, Man Ray, Klee, Miró, dan sebagainya. Pertunjukan itu menegaskan bahwa Surealisme memiliki komponen seni visual dan teknik Dadaisme, misalnya pemakaian foto montase. Galerie Surréaliste dbuka 26 Maret 1926 dengan pameran karya Man Ray.

Tulisan Karya surealis pertama, menurut Breton, adalah Magnetic Field (Les Champs Magnétiques) tahun 1921. Namun jauh sebelumnya, tahun 1919, Littérature berisikan karya-karya otomatis serta yang berhubungan dengan mimpi. Majalah dan portofolio menunjukkan ketidaksukaan mereka pada makna harfiah yang diberikan pada obyek. Mereka lebih berfokus pada simbol dan kesan puitis. Tak hanya memberi penekanan pada kesan puitis, mereka juga menekankan konotasi dan nuansa yang tampil dalam hubungan ambigu pada karya visual.

Karena para penulis surealis, jika pun pernah, jarang merencanakan apa yang akan mereka buat, orang-orang kerap kesulitan menangkap maksud mereka. Ide ini merupakan pemahaman superfisial yang dicetuskan dengan penekanan Breton pada penulisan otomatis sebagai jalur utama menuju realitas lebih tinggi. Namun, seperti kasus yang dialami Breton sendiri, banyak karya yang disebut murni otomatis rupanya telah disunting dan bersifat sangat “direncanakan”. Breton sendiri kemudian mengakui bahwa inti penulisan otomatis memang dilebih-lebihkan. Elemen lain diperkenalkan, khususnya sebagai ketercakupan seniman visual yang tumbuh, menekan isu tersebut karena lukisan otomatis membutuhkan pendekatan-pendekatan yang lebih serius. Kemudian kolase dikenalkan—muncul sebagian dari prinsip peletakan tak biasa sebagaimana diungkap dalam puisi Pierre Reverdy. Dan, seperti kasus Magritte dimana tidak ada pilihan jelas baik pada teknik otomatis atau kolase, ide penggabungan kuat menjadi alat kejut di dalam dan dari ide itu sendiri. Surrealisme ditakdirkan untuk selalu berubah—menjadi lebih modern dari yang modern—sehingga wajar jika harus selalu ada perubahan pemikiran tiap kali muncul tantangan baru.

Para surealis memperbaharui daya tarik Isidore Ducasse—yang dikenal dengan nama samaran “Le Comte de Lautréamont” dan larik “seindah pertemuan tak sengaja dari meja pemisah mesin jahit dan payung”—dan Arthur Rimbaud. Dua penulis akhir abad 19 itu diyakini sebagai pionir Surealisme. Contoh karya sastra beraliran surealisme adalah Mr. Knife Miss Fork karya Crevel (1931), Irene's Cunt karya Aragon (1927), Sur la route de San Romano karya Breton (1948), Death to the Pigs karya Peret (1929), dan Le Pese-Nerfs karya Artaud (1926). La Révolution surréaliste melanjutkan publikasi hingga 1929 dengan sebagian besar halaman penuh kolom teks serta reproduksi karya seni de Chirico, Ernst, Masson, dan Man Ray. Karya-karya lain meliputi buku, puisi, pamphlet, tulisan otomatis, dan artikel teoritis.

Film-Film Surealis Film-film karya para surealis terdahulu antara lain: Entr'acte karya René Clair (1924) La Coquille et le clergyman karya Germaine Dulac, screenplay karya Antonin Artaud (1927) Un chien andalou karya Luis Buñuel dan Salvador Dalí (1928) L'Étoile de mer karya Man Ray (1928) L'Âge d'Or karya Luis Buñuel dan Salvador Dalí (1930) Le sang d'un poète karya Jean Cocteau (1930)

Musik Surealis Di tahun 1920an, beberapa komponis mendapat pengaruh surealisme atau individu yang terlibat dalam gerakan surealis. Di antaranya adalah Bohuslav Martinů, André Souris, dan Edgard Varèse—yang mengaku mendapatkan inspirasi karyanya “Arcana” dari mimpi. Souris secara khusus tergabung dengang gerakan tersebut. Dia memiliki hubungan dekat dengan Magritte dan bekerja di penerbitan Adieu Marie milik Paul Nouge.

Germaine Tailleferre dari kelompok Prancis Les Six menulis beberapa karya (opera) yang dianggap mendapat pengaruh Surealisme, meliputi Ballet Paris-Magie (1948) (skenario oleh Lise Deharme), Operas La Petite Sirène (dari buku karangan Philippe Soupault) dan Le Maître (buku karangan Eugène Ionesco). Tailleferre juga membuat lagu populer yang liriknya ditulis oleh Claude Marci, istri Henri Jeanson yang fotonya dilukis oleh Magritte tahun 1930an.

Meskipun menjelang 1946 Breton menunjukkan respon negatif pada musik dalam esainya “Silence is Golden”, para surealis terlanjur tertarik—dan menemukan kesamaan—pada surealisme dalam improvisasi jazz dan blues. Para surealis seperti Paul Garon telah menulis artikel-artikel dan buku-buku tebal mengenai hal tersebut namun musisi jazz dan blues jarang merespon ketertarikan mereka. Tahun 1976, misalnya, Pameran Surealis Dunia mengikutsertakan penampilan Honeyboy Edwards.

Surealisme dan Politik Internasional Perkembangan surealisme mencakup ranah yang berbeda-beda di seluruh dunia. Di sebagian tempat penekanan diberikan pada praktek-praktek artistik, di tempat lain surealisme masuk dalam dunia politik, dan di tempat lainnya lagi praksis surealis tumbuh di dunia seni dan politik. Selama tahun 1930an ide surealis menyebar dari Eropa ke Amerika Utara, Amerika Selatan, Amerika Tengah, Karibia, dan Asia; sebagai ide artistik dan ideologi perubahan politik.

Secara politis, Surealisme bersifat ultra-kiri, komunis, atau anarkis. Pemisahan dirinya dari Dadaisme dianggap sebagai pemisahan antara anarkis dan komunis, dimana Surealis berperan sebagai komunis. Breton dan rekan-rekan mendukung Leon Trotsky dan Oposisi Kiri Internasionalnya meskipun anarkisme lebih mungkin berkembang pesat setelah Perang Dunia II. Beberapa surealis seperti Benjamin Peret sejajar dengan tipe komunis kiri. Dali mendukung kapitalisme dan kediktatoran fasis Francisco Franco dan oleh sebab itulah Breton dan rekan-rekannya menyebut Dali telah berkhianat dan meninggalkan faham Surealisme. Para pengikut Breton bersama dengan Partai Komunis bekerja untuk “kebebasan masyarakat”. Kelompok Breton menolak mendukung perlawanan proletar melalui kreasi radikal seperti perlawanan mereka pada Partai yang didirikan akhir tahun 1920an; tahun yang penuh tantangan. Banyak individu yang berhubungan dengan Breton, khususnya Louis Aragon, meninggalkan kelompoknya demi bekerja penuh pada partai Komunis.

Para surealis sering mencari penghubung upaya mereka berkecimpung di politik. Salah satu contoh, pada “Deklarasi 27 Januari 1925”, para anggota Biro Penelitian Surealis (termasuk André Breton, Louis Aragon, Antonin Artaud, dan sekitar dua puluh empat orang lagi) mengumumkan ketertarikan mereka pada politik revolusioner. Meskipun awalnya ini adalah rumusan tak jelas, menjelang tahun 1930an banyak surealis mengidentifikasi diri mereka sendiri dengan komunisme. Dokumen penting yang menjadi bukti hal ini adalah “Manifesto for a Free Revolutionary Art” yang dipublikasikan atas nama Breton dan Diego Rivera namun sebenarnya ditulis oleh Breton dan Leon Trotsky. Di tahun 1933, pernyataan surealis bahwa “karya sastra proletar” tak mungkin ada dalam masyarakat kapitalis mengakibatkan perpecahan mereka dengan Association des Ecrivains et Artistes Révolutionnaires serta dikeluarkanya Breton, Éluard dan Crevel dari Partai Komunis. Pada tahun 1925, kelompok surealis Paris dan ekstrim kiri dari Partai Komunis Prancis tiba bersama untuk mendukung Abd-el-Krim, pemimpin Rif yang melawan pendudukan Prancis di Maroko. Dalam sebuah surat terbuka pada penulis sekaligus duta besar Prancis untuk Jepang, Paul Claudel, kelompok Paris berkata: “Kami para surealis menyatakan diri kami siap membantu mengubah perang imperialis, dalam bentuk kolonial dan berkelanjutan, ke dalam perang sipil. Kami akan memberikan tenaga kami pada pelenyapan revolusi, dari proletariat dan perlawanannya, dan menandai sikap kami pada masalah kolonial dan warna kulit.”

Politik revolusioner antikolonial dan proletar "Murderous Humanitarianism" (1932) yang disusun oleh Rene Crevel, ditandatangani André Breton, Paul Éluard, Benjamin Peret, Yves Tanguy, dan surealis Martinikuan Pierre Yoyotte serta J.M. Monnerot membuat dokumen asli dari apa yang nantinya disebut “surealisme hitam” itu meski hubungan antara Aimé Césaire dan Breton pada tahun 1940an di Martiniquelah yang sebenarnya menimbulkan percakapan yang disebut “surealisme hitam”. Para penulis revolusioner anti kolonial di Gerakan Négritude Martinique, koloni Prancis saat itu, mengambil Surealisme sebgai metode revolusioner – sebuah kritik budaya dan subyektivitas radikal Eropa. Ini berhubungan dengan para surealis lain dan sangat penting untuk perkembangan lanjutan Surealisme sebagai praksis revolusioner. Jurnal Tropiques, gabungan karya Cesaire dengan René Ménil, Lucie Thésée, Aristide Maugée dan lain-lain, dipublikasikan pertama kali tahun 1940.

Menarik diketahui bahwa di tahun 1938, saat André Breton melancong bersama istrinya, Jacqueline Lamba (seorang pelukis) ke Meksiko untuk bertemu Trotsky, mereka bertamu ke rumah istri pertama Diego Rivera; Guadalupe Marin. Breton bertemu Frida Kahlo dan melihat lukisan-lukisan wanita itu untuk pertama kalinya. Breton memuji Kahlo sebagai pelukis “berjiwa” surealis.

Politik Internal Pada tahun 1929, kelompok satelit jurnal Le Grand Jeu, antara lain Roger Gilbert-Lecomte, Maurice Henry dan pelukis Czech Josef Sima dikeluarkan. Bulan Februari, di tahun yang sama, Breton meminta para surealis mengukur kompetensi moral dan perkembangan teoritis masing-masing, termasuk manifeste du surréalisme ke dua—kecuali bagi mereka yang enggan berkomitmen pada aksi kolektif: Leiris, Limbour, Morise, Baron, Queneau, Prévert, Desnos, Masson dan Boiffard. Orang-orang itu pindah ke dokumen periodik suntingan Georges Bataille yang materialisme anti idealismenya menciptakan Surealisme campuran yang mencitrakan insting dasar manusia. Anggota-anggota lain dikeluarkan atas bermacam alasan ketidakpatuhan politis atau personal sedangkan sebagian lainnya keluar untuk mengembangkan gaya mereka sendiri.

Zaman Keemasan Sepanjang 1930an, Surealisme semakin dikenal masyarakat luas. Kelompok surealis lain dikembangkan di Inggris. Menurut Breton, pameran Surealis Internasional yang dilangsungkan di London tahun 1936 adalah menjadi bukti tingginya apresiasi terhadap kelompok mereka apalagi acara tersebut kemudian dijadikan model pameran internasional. Dalí dan Magritte memberikan gambaran-gambaran paling banyak dikenal di gerakan tersebut. Dali bergabung dengan kelompok tersebut tahun 1929 dan berpartisipasi dalam perkembangan gaya visual cepat di antara tahun 1930 hingga 1935. Sebagai gerakan visual, Surealisme telah menemukan sebuah metode baru: menonjolkan kebenaran psikologis dengan menjauhkan obyek biasa dari makna sehari-hari demi menciptakan gambaran kuat yang berada di luar kebiasaan agar terlihat menarik. Tahun 1931 menandai masa titik balik evolusi gaya para surealis: Voice of Space (La Voix des airs) karya Magritte adalah salah satu contoh, dimana tiga area luas yang menunjukkan bel tergantung di atas background. Sementara itu, Promontoru Palace (Palace promontoire) karya Yves Tanguy menunjukkan tampilan mencair dan bentuk cairan. Bentuk cairan menjadi ciri karya Dali, khususnya di The Persistence of Memory yang melukiskan jam-jam mencair.

Karakteristik Gaya Kombinasi gaya ilustratif, abstrak, dan psikologis muncul untuk menghadapi pengasingan yang dirasakan oleh banyak orang di zaman modern digabung dengan penyelaman lebih dalam ke dunia psikis agar “menyatu dengan individualitas”. Tahun 1936 sampai 1938 Wolfgang Paalen, Gordon Onslow Ford dan Roberto Matta bergabung dengan kelompok. Bersama Fumage dan Onslow Ford Coulage, Paalen mengenalkan teknik melukis otomatis baru. Lama sesudah berbagai persoalan memecah-belah kelompok, Magritte dan Dali membuat program visual seni. Program ini berkembang hingga keluar seni lukis, merambah dunia fotografi sebagaimana dapat dilihat pada foto diri Man Ray yang mengilhami kolase Robert Rauschenberg. Selama tahun 1930an Peggy Guggenheim, kolektor seni terkenal Amerika, menikah dengan Max Ernst dan mulai mempromosikan karya surealis lain seperti Tanguy dan seniman Inggris, John Tunnard.

Pameran Besar Tahun 1930an 1936 – Pameran Surealis Internasional London diadakan di London oleh sejarahwan seni Herbert Read, dan dibuka oleh by André Breton. 1936 - Museum Seni Modern di New York membuat pameran beraliran seni fantastik, Dadaisme dan Surealisme. 1938 – Pameran Surealis Internasional baru diadakan di Beaux-arts Gallery, Paris, dengan lebih dari 60 seniman dari berbagai negara dan memamerkan sekitar 300 lukisan, obyek, kolase, foto, dan instalasi. Para surealis ingin mengundang Marcel Duchamp untuk melakukan sesuatu yang kreatif di pameran. Dia menempatkan Rainy Taxi karya Dali di intu masuk pameran (lukisan taksi tua yang diperbaiki untuk menciptakan gerimis di dalam jendela dengan sopir berkepala hiu dan manekin berambut pirang merangkak dengan siput di punggung). Di salah satu lobi, para surealis meletakkan manekin diri mereka. Dia juga mendesain ruang utama hingga tampak sepeeti gua tak berujung dengan 1200 tas penambang batu bara menggantung dari langit-langit di atas keranjang batubara dengan bohlam tunggal yang menjadi satu-satunya penerang. Para patron memegang senter yang digunakan untuk melihat lukisan. Lantai dipenuhi dedaunan, cabang dan rumput kering serta aroma biji kopi sangrai. Keberhasilan para surealis dalam pameran ini cukup mengejutkan para penonton.

Perang Dunia II dan Masa Pasca Perang Perang Dunia II tidak hanya menciptakan kekacauan di masyarakat Eropa tapi juga pada para seniman dan penulis Eropa yang menentang Fascisme dan Nazisme. Banyak seniman penting yang melarikan diri ke Amerika Utara dan Amerika Serikat. Komunitas seni di New York City pun telah berjuang dengan ide Surealisme. Beberapa seniman seperti Arshile Gorky, Jackson Pollock, Robert Motherwell dan Roberto Matta bergabung dengan para seniman surealis meskipun disertai dengan kecurigaan dan keraguan. Ide tentang citraan mimpi dan alam bawah sadar dapat diterima dengan baik. Menjelang Perang Dunia II, seni avant-grade Amerika maju pesat melebihi Abstrak Ekpresionisme dengan dukungan para pencipta selera kunci: Peggy Guggenheim, Leo Steinberg dan Clement Greenberg. Padahal Abstrak Ekspresionisme itu sendiri lahir dari pertemuan seniman Amerika (khususnya dari New York) dan para surealis Eropa yang mengasingkan diri selama PD II. Arshile Gorky dan Wolfgang Paalen mengilhami perkembangan jenis seni Amerika ini yang mengunggulkan tindakan langsung sebagai sumber kreatifitas. Banyak karya awal Abstrak Ekspresionisme yang mengungkap ikatan erat aspek superfisial pada kedua gerakan dan kemunculan aspek humor Dadaistik pada artis macam Rauschenberg makin memperjelas hubungan itu. Hingga kelahiran Pop Art, surealisme merupakan satu-satunya pengaruh penting bagi perkembangan seni Amerika yang tiba-tiba. Bahkan dalam Pop Art, beberapa humor dalam Surealisme kerap dijadikan kritik budaya. Perang Dunia II membayangi hampir semua produksi intelektual dan artistik. Tahun 1940, Yves Tanguy menikahi pelukis surealis Amerika Kay Sage. Di tahun 1941, Breton pergi ke AS dan mendirikan majalah VVV—yang berumur pendek—bersama Max Ernst, Marcel Duchamp, dan seniman Amerika, David Hare. Atas jasa Charles Henri Ford, seorang penyair Amerika, Breton berkesempatan mempromosikan surealisme melalui majalah View di A.S. Isu tentang Duchamp dianggap penting bagi pemahaman publik Amerika mengenai Surealisme. Isu tersebut menekankan hubungan Duchamp dengan metode surealis dan interpretasi karyanya oleh Breton serta pendapat Breton bahwa Duchamp menjembatani gerakan modern terdahulu seperti Futurisme dan Kubisme dengan Surealisme. Wolfgang Paalen keluar dari gerakan modern pada tahun 1942 karena perbedaan pandangan politik/filosofis dengan Breton dan mendirikan jurnal Dyn.

Meskipun perang sangat mengganggu perkembangan Surealisme, kerja tetap dilanjutkan. Para surealis, termasuk Magritte, terus mengeksplorasi diri. Banyak anggota gerakan surealis yang masih saling berhubungan dan bertemu. Meskipun tak lagi berhubungan dengan Breton, Dali tidak mengubah gaya 1930an-nya ataupun menjadi pengikut gaya ilustratif, termasuk yang terlihat di “persistence of time”. Periode keemasannya tidak menunjukkan upaya pemisahan dengan masa lalu sebagaimana terlihat dari karya-karyanya. Thirion bahkan mengatakan Dali tak memiliki karya surealis setelah masa itu.

Selama tahun 1940an, pengaruh Surealisme juga terasa di Inggris dan Amerika. Mark Rothko tertarik pada gambar biomorfik sementara di Inggris, Henry Moore, Lucian Freud, Francis Bacon dan Paul Nash mencoba atau menggunakan teknik-teknik surealis. Conroy Maddox, salah satu surealis Inggris yang berkarya sejak tahun 1935, tetap bertahan pada gerakan. Dia menyelenggarakan pameran tahun 1978 sehubungan dengan ketidakpuasannya pada pameran sebelumnya yang dianggap tidak sepenuhnya mencerminkan Surealisme. Pameran yang diadakan Maddox di Paris, menurut Surrealism Unlimited, berhasil menarik perhatian dunia. Dia mengadakan pameran tahun 2002 dan meninggal tiga tahun setelahnya. Karya-karya Magritte menjadi lebih realistik dalam pencitraan obyek namun tetap mempertahankan kombinasi elemen seperti yang terlihat pada Personal Values (Les Valeurs Personneles) (1951) dan Empire of Light (L’Empire des lumières) (1954). Magritte terus membuat karya artistik seperti, Castle in the Pyrenees (La Chateau des Pyrenees) yang mirip Voix from 1931, dalam penyajian background. Seniman surealis lain didiskualifikasikan. Beberapa artis, seperti Roberto Matta mengatakan sendiri bahwa gaya masih “dekat” dengan Surealisme. Banyak seniman lain mendiskualifikasikan dirinya sendiri dari gerakan. Dorothea Tanning dan Louise Bourgeois terus berkarya dan menghasilkan Rainy Day Canape (1970). Diam-diam Duchamp terus berkarya. Salah satu hasil karyanya adalah lukisan realistik seorang wanita yang hanya bisa dilihat melalui lubang kecil. Breton terus menulis dan mendukung kebebasan pikiran manusia dengan mempublikasikan The Tower of Light (1952). Breton kembali ke Prancis setelah perang dan memulai fase baru kegiatan surealis di Paris. Kritiknya pada rasionalisme dan dualisme menarik beberapa pengikut baru. Dia menekankan bahwa surealisme adalah pemberontakan melawan hilangnya rasa persaudaraan, simbol keagamaan dan penderitaaan serta menunjukkan pentingnya kebebasan berpikir.

Pameran Besar tahun 1940an, 50an, dan 60an 1942 – Makalah pertama tentang Surealisme - New York – Para surealis lagi-lagi meminta Duchamp mendesain pameran. Kali ini dia membuat jaring tiga dimensi dari benang yang memenuhi ruang pameran hingga sedikit menyulitkan penonton melihat karya-karya yang dipamerkan. Dia mendatangkan selusin anak berpakaian atlet – teman-teman salah satu anak rekannya – dan meminta mereka menendang dan melempar bola serta berlompat tali saat para patron memasuki ruang pada acara pembukaan. Desain katalognya menyertakan foto-foto para seniman yang tergolong “alami” (bukan pose). 1947 – Pameran Surealis Internasional - Paris 1959 - Pameran Surealis Internasional - Paris 1960 – Invasi Surealis di Ranah Pemantra - New York

Surealisme Pasca Breton Roberto Matta. Elle Loge La Folie, minyak di atas kanvas, 1970. Tidak ada kesepakatan yang menyebutkan kapan Surealisme atau gerakan surealisme berakhir. Beberapa sejarawan sejarah mengatakan bahwa PD II secara otomatis memecah gerakan itu. Di sisi lain, Sarane Alexandrian (1970) mengatakan bahwa “kematian André Breton di tahun 1966 menandai berakhirnya surealisme sebagai gerakan terorganisir.” Ada pula yang mencoba mengaitkan bubarnya gerakan tersebut dengan kematian Salvador Dalí tahun 1989. Tahun 1960an, seniman avant-grade berkumpul di sekitar Parisian Situationist yang berhubungan erat dengan Surealisme. Sementara jajaran ketua – khususnya Guy Debord sangat kritis dan menjauhkan diri dari Surealisme, pemimpin lain seperti Asger Jorn secara eksplisit menggunakan teknik dan metode surealis. Demonstrasi umum dan pemberontakan siswa di Prancis tahun 1968 melibatkan sejumlah ide surealis, di antaranya adalah slogan yang dibuat di dinding-dinding Sorbonne. Joan Miró mengabadikan kejadian tersebut dalam lukisan berjudl May 1968. Ada beberapa kelompok yang dituduh berkaitan dengan dua kejadian itu namun tuduhan lebih banyak ditujukan pada Kelompok Surealisme Revolusioner.

Sejak tahun 1960an, seniman di Eropa dan seluruh dunia telah menggabungkan Surealisme dengan mischtechnik (teknik klasik abad 16), yakni campuran tempera (campuran air dan materi berwarna) telur dan lukisan minyak yang ditemukan kembali oleh Ernst Fuchs, Dali kontemporer. Teknik tersebut sekarang memiliki banyak pengikut antara lain Robert Venosa dan Chris Mars yang menggelar pameran di museum-museum besar. Penjaga Museum Seni Modern San Francisco terdahulu, Michael Bell, menyebut gaya surealisme ini sebagai surealisme veristik. Surealisme veristik adalah lukisan dengan kejelasan hati-hati dan sangat detil dalam menggambarkan dunia mimpi. Seniman tempera lain seperti Robert Vickery membuat lukisan surealis dengan teratur. Selama tahun 1980an, di Tirai Besi, Surealisme masuk dunia politik sebagai gerakan oposisi artistik bawah tanah bernama Orange Alternative. Gerakan ini diciptakan tahun 1981 oleh Waldemar Fydrych (alias “Walikota”), seorang lulusan ilmu sejarah dan sejarah seni di Universitas Wrocław. Gerakan ini memakai simbol dan terminology surealis dalam berbagai peristiwa besar yang terjadi di kota-kota besar di Polandia selama rezim Jaruzelski. Mereka juga membuat graffiti surealis di jalan, menutupi slogan-slogan anti rezim. “Walikota” sendiri adalah penulis “Manifesto of Socialist Surrealism”. Dalam manifesto itu disebutkan bahwa sistem sosialis (komunis) telah menjadi sangat surealistik seingga tampak sebagai suatu ekspresi seni. Seni surealis tetap populer dengan adanya patron museum. Museum Guggenheim di New York City mengadakan pameran bertajuk Two Private Eyes tahun 1999. Tahun 2001 Tate Modern mengadakan pameran surealis yang dikunjungi lebih dari 170.000 pengunjung. Tahun 2002 Museum Metropolitan di New York City menampilkan pertunjukan blockbuster “Desire Unbound” sementara Georges Pompidou Pusat di Paris menyelenggarakan pertunjukan La Révolution surréaliste. Perkembangan modern ini dikenal sebagai Massurealisme.

Dampak Surealisme Surealisme memiliki pengaruh di banyak bidang. Dalam hal ini, Surealisme tidak hanya mengacu secara khusus pada pihak yang menyebut diri mereka “surealis” atau yang disebut Breton demikian melainkan pada bermacam tindakan permberontakan dan usaha kreatif membebaskan imajinasi. Di samping didasarkan pada pemikiran Hegel, Marx dan Freud, surealisme dianggap cukup dinamis dan dialektikal bagi para pendukungnya.

Para surealis juga menggunakan sumber-sumber berbeda, misalnya, Clark Ashton Smith, Montague Summers, Horace Walpole, Fantomas, The Residents, Bugs Bunny, buku komik, penyair Samuel Greenberg dan penulis petualang sekaligus komedian T-Bone Slim. Kemungkinan pecahan surealis dapat ditemukan di gerakan-gerakan seperti Free Jazz (Don Cherry, Sun Ra, Cecil Taylor dsb.) bahkan pada kehidupan sehari-hari dimana oerang menolak pembatasan aspek sosial. Sebagai gerakan yang menggunakan pikiran sebagai alat pembebas imajinasi untuk melawan pikiran umum, Surealisme memiliki banyak pendahulu: Dante, Hieronymus Bosch, Marquis de Sade, Charles Fourier, Comte de Lautreamont dan Arthur Rimbaud.

Para surealis yakin bahwa budaya non-Eropa juga dapat menginspirasi gerakan ini karena beberapa di antaranya mungkin telah menggunakan keseimbangan lebih baik antara nalar instrumental dan imajinasi daripada budaya Eropa. Surealisme memiliki dampak pada politik radikal dan revolusioner, baik langsung—beberapa surealis menggabungkan diri dengan partai, gerakan dan kelompok politik radikal—dan tak langsung—melalui penekanan pada hubungan antara pembebasan imajinasi dan pikiran serta kemerdekaan dari strata sosial arkaik dan menekan. Hal ini tampak khususnya dalam Gerakan Kiri Baru tahun 1960an dan 1970an serta pemberontakan Prancis Mei 1968 dengan slogan “Kekuatan untuk imajinasi” yang muncul langsung dari pikiran dan praktek surealis Prancis.

Banyak gerakan kesustraan penting di paruh abad 20 secara langsung dan tak langsung dipengaruhi ide surealisme. Periode ini dikenal sebagai era postmodern. Meskipun tidak ada definisi dasar untuk postmodernisme, banyak tema dan teknik postmodernis yang mirip dengan surealis. Kemungkinan para penulis era postmodern yang memiliki gaya mirip surealis adalah para penulis drama di Theatre of the Absurd. Meskipun bukan gerakan terorganisir, kelompok drama ini memiliki banyak kesamaan (dalam tema dan teknik) dengan surealisme sehingga wajar jika mereka disebut mendapat pengaruh dari gerakan tersebut.

Eugene Lonesco secara khusus memuji Surealisme. Dia menyebut Breton sebagai salah satu pemikir penting dalam sejarah. Samuel Beckett juga penggemar surealisme bahkan dia sering menerjemahkan puisi surealis ke dalam Bahasa Inggris. Beckett memiliki hubungan dekat dengan mentor sekaligus rekannya, James Joyce. Banyak penulis yang memiliki hubungan dengan serta berasal dari Beat Generation terkena pengaruh surealis. Philip Lamantia dan Ted Joans sering dikelompokkan sebgai penulis surealis dan Beat. Banyak penulis Beat yang menyebut surealisme memberikan pengaruh penting.

Beberapa contoh adalah Bob Kaufman, Gregory Corso dan Allen Ginsberg. Dalam budaya populer, penulisan lirik bergaya stream of consciousness dari Bob Dylan (1960an dan 1980an-2006) memiliki hubungan dan citra surealisme. Realisme Magis (Magic Realism), teknik penulisan populer di paruh abad 20an—khususnya digunakan oleh para penulis Amerika Latin—menunjukkan pengaruh surealisme dengan adanya kombinasi pengalaman normal dan dunia mimpi. Kepopuleran Realisme Magis di ranah kesusteraan Amerika Latin tertutupi oleh pengaruh surealisme dari para pelukis Amerika Latin sendiri, misalnya Frida Kahlo.

Kelompok Surealis Silakan kembangkan tulisan ini dengan memperluas seksi ini. Lihat halaman tanya jawab untuk lebih jelasnya. Hapus pesan ini begitu seksi ini telah dikembangkan. Informasi lebih jelas, lihat Kategori: Kelompok Surealis Surealis dan Kelompok Surealis telah berusaha melanjutkan surealisme sepeninggal Andre Breton tahun 1966. Kelompok Surealis Prancis dipecah oleh seorang anggota, Jean Schuster, tahun 1969.

Surealisme dan Teater Teater surealis menggambarkan pengalaman bawah sadar, temperamental, tidak terstruktur, dan kadang memaksakan kesatuan ide. Antonin Artaud, salah satu surealis, menyebut teater Barat adalah wujud kesalahan persepsi atas tujuan teater sesungguhnya. Menurut Artaud, teater sesungguhnya haruslah bersifat mistis dan relijius. Dia beranggapan bahwa teater Barat mengandung “ilusi dan kesalahan” yang buruk. Artaud ingin menciptakan bentuk teater baru yang dapat dipahami dengan baik, yang menghubungkan pikiran bawah sadar aktor dan penonton dan menjadikannya sebagai sebuah ritual. Maka muncullah Teater Absurd (The Theatre of The Absurd) yang diilhami dari film dan komedi bisu serta tradisi omong kosong pada film bersuara terdahulu (Laurel dan Hardy, W. C. Fields, Marx Bersaudara). Teater Absurd menghadirkan nuansa ritual, mitologis, kuno, simbolis, dan tentunya berhubungan dengan dunia mimpi.

Di masa sekarang, teater surealis mulai menggabungkan musik, kata-kata, dan gerakan. Sebagian besar ditampilkan oleh Peter Dizozza di La MaMa, E.T.C. Experiments Reading Series di Manhattan. Dia juga sering memproduksi teater di Pusat Sejarah dan Seni Williamsburg di Brooklyn. Karya-karya Dizozza meliputi “The Marriage at the Statue of Liberty” (setelah Cocteau), “The Last Dodo”, “The Golf Wars”, "The Eleventh Hour," "Hermaphroditism Through the Ages" dan “Prepare to Meet Your Maker” yang terinspirasi dari drama misteri relijius abad 16an tentang pertemuan mayat cantik, Cementeria, dengan penggali kubur, Quasimodo—keduanya kemudian hidup kembali.